Falsafah Angka Jawa pada Setiap Usia

Kenapa yang dipakai “Selawe, Seket, dan Sewidak”
                       bukan
“Limo Likur, Limang Puluh dan Enem Puluh”???






Hay Pemuda...
Bagaimana semangatmu hari ini?
Masihkah apimu menyala?


Dalam artikel ini akan membahas tentang “Nomer”. ATapi tenang saja, ini bukan tentang tog*l atau predisksi bola. Bagi yang sudah pernah tahu ini hanya pengingat dan yang belum tahu, ini semoga menambah pengetahuan anda ya guys, khususnya tentang Bahasa Jawa .

Yaitu "KENAPA 25 ITU SELAWE , 50 ITU SEKET DAN 60 SEWIDAK ?"

Jawa merupakan tanah yang agung dan loh Jinawi. Berbagai tumbuhan dapat tumbuh subur jika ditanam di tanah ini. Jawa bukan hanya pulau, tetapi juga suku bangsa. Salah satu suku bangsa di Pulau Jawa adalah Suku Jawa.

Dalam menggunakan bahasa jawa memang ada aturan-aturan tertentu yang membuat bahasa ini susah untuk dikuasai secara sempurna. Mungkin jika orang luar jawa sering mendengar percakapan orang jawa saat menggunakan bahasa jawa “ngoko” mereka akan cepat memahami. Karena pada dasarnya pola Subjek Predikat Objek sama dengan Pola EYD yang berlaku pada Bahasa Indonesia.

Yang membuat rumit dan bahkan mungkin orang luar jawa kesusahan memahami arti bahasa Jawa adalah ketika sudah menggunakan bahasa Jawa “Kromo”. Bahkan Kromo ini dibagi menjadi 3, kromo alus, kromo inggil, dan kromo wayang.

      Baca Juga  :
   Menerawang Kecocokan dengan Weton Primbon Betaljemur
   Mengapa negatif (-) dikali negatif (-) hasilnya positif (+) ?

Tetapi dalam penggunaan bilangan, bahasa jawa memiliki keunikan. Dalam bahasa Jawa, terdapat penyimpangan pola penamaan bilangan yang konon memiliki falsafah yang amat mendalam jika dikaitkan dengan penyebutan usia seseorang. Jika dicermati dengan seksama, penyimpangan ini memang berbeda dari lazimnya penyebutan angka-angka di kepulauan melayu atau nusantara.

Angka-angka dalam bahasa jawa

Penyimpangan tersebut terjadi mulai dari beberapa angka belasan hingga sampai angka 60. Ya, sampai angka 60 saja! Hal ini semakin menguatkan dugaan bahwa penyebutan tersebut memang erat kaitannya dengan usia manusia, mengingat usia 60 merupakan rata-rata panjang usia seseorang.

Angka 70 dan seterusnya berurutan sesuai penyebutan.

Jika dalam bahasa Indonesia, angka belasan diakhiri dengan kata “belas”. Sama halnya dengan bahasa jawa, angka 11 disebut sebagai ‘sewelas’, 12 disebut sebagai ‘rolas’ dan seterusnya hingga 15 yang disebut sebagai ‘limolas’.


Apa makna dibalik semua ini? Mengapa sepuluhan diganti dengan welasan?

Filosofinya, bahwa pada usia 11 tahun hingga 19 tahun adalah saat-saat berseminya rasa welas asih (belas kasih) pada jiwa seseorang, terutama terhadap lawan jenis. Maka pada usia belasan sering disebut dengan masa puber, bisa disebut ABG, kadang juga disebut ababil. Karena memang jiwa seseorang pada usia belasan tahun masih belum tertata rapi dan cenderung labil.

Usia ABG mulai merasakan ketertarikan terhadap Lawan Jenis


Selanjutnya jika pada bahasa Indonesia dua puluhan digunakan untuk mengawali penyebutan angka. Misalnya 21 dibaca “duapuluh satu”, 25 dibaca “duapuluh lima”, dan seterusnya.

Sementara pada bahasa jawa, angka 21 tidak disebut sebagai ‘rongpuluh siji’, 22 tidak disebut rongpuluh loro, dst, melainkan 21 dibaca selikur, 22 dibaca rolikur, dan seterusnya hingga 29 yang disebut songo likur, kecuali angka 25 yang disebut sebagai selawe.


Apa makna dibalik semua ini? Mengapa Duapuluhan diganti “Likur” dan 25 tidak dibaca “Limolikur”, tetapi “Selawe”?

Di sini terdapat satuan Likur yang tidak lain merupakan kependekan dari LIngguh KURsi, artinya duduk di kursi. Falsafahnya, bahwa pada usia 21 hingga 29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan kemapanan di “tempat duduknya”, baik itu berupa pekerjaannya ataupun profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya.

 Kemapanan dalam pekerjaan di usia "likuran" atau "duapuluhan"

Bahkan yang lebih menarik, angka 25 memiliki sebutan khusus, yang mana bilangan 25 tidak disebut sebagai limang likur, melainkan selawe. Selawe konon merupakan singkatan dari SEneng-senenge LAnang lan WEdok, itulah puncak asmaranya seorang laki-laki dan perempuan, yang ditandai oleh pernikahan. Maka pada usia tersebutlah (25) pada umumnya seorang laki-laki berumah tangga (dadi manten).

Seneng-senenge Lanang lan Wedhok ditandai dengan Pernikahan

Memang tidak semua orang menikah pada usia tersebut, tapi jika dirata-rata memang di antara usia 21-29. Pada saat kedudukan sudah diperoleh, pada saat itulah seseorang siap untuk menikah.

Dari angka 30 hingga 49, penamaan angka dibaca normal seusai pola urutan, misalnya 30 dibaca telung puluh, 31 dibaca telung puluh siji, 45 dibaca patang puluh limo, dst.

Tapi ada penyimpangan lagi nanti pada bilangan 50. Mestinya, 50 disebut sebagai limang puluh, namun sebutan populernya tidaklah demikian, angka 50 lebih sering disebut dengan seket.


Apa makna dibalik semua ini? Mengapa 50 dibaca Seket?

Konon SEKET merupakan kependekan dari kalimat SEneng KEthonan, artinya suka memakai kethu / alias tutup kepala/topi/kopiah dan sebagainya.

Hal ini menandakan usia seseorang semakin lanjut, dan tutup kepala merupakan lambang dari semua itu. Selain itu tutup kepala merupakan alat untuk menutup rambut yang mulai botak atau memutih.

Di sisi lain, tutup kepala bisa juga berupa kopiah yang melambangkan orang yang sedang beribadah.

Memang demikian, pada usia 50 sudah seharusnya seseorang lebih memperhatikan ibadahnya. Setelah sejak umur likuran bekerja keras mencari kekayaan untuk kehidupan dunia, sekitar 25 tahun kemudian, yaitu pada usia 50 perbanyaklah ibadah, untuk bekal memasuki kehidupan akhirat.

Lain 50, lain pula 60. Angka ini tidak populer dengan sebutan enem puluh, tapi lebih sering disebut dengan sewidak atau suwidak.


Apa makna dibalik semua ini? Mengapa 60 dibaca Sewidak?

Usut punya usut, konon sewidak merupakan kependekan dari ‘SEjatine WIs wayahe tinDAK’.



Maknanya, sesungguhnya pada usia tersebut sudah saat seseorang bersiap-siap untuk pergi meninggalkan dunia fana ini. Maka kalau usia kita sudah mencapai 60, lebih berhati-hatilah dan tentu saja semakin banyaklah bersyukur, karena usia selebihnya adalah bonus dari Yang Maha Kuasa.

Sekian dulu ya Guys. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kita sebagai pemuda terutama memahami budaya jawa. Salam Pemuda, Semangat Empat Lima!!!

0 Response to "Falsafah Angka Jawa pada Setiap Usia"

Posting Komentar