KERJA BAKTI : WARISAN BUDAYA LELUHUR DALAM MENSINERGIKAN KEHIDUPAN SOSIAL

Kerja Bakti Sebagai Bentuk Menjaga Tradisi dan Wahana Silaturahmi

Foto by @wahyu adi

Carat, 12 Maret 2017

Salah satu kebudayaan yang menjadi identitas orang Indonesia adalah kerja bakti. Kegiatan ini biasanya dilakukan masyarakat sekitar secara bersama-sama, dengan tujuan melakukan kegiatan tertentu. Biasanya kerja bakti bertujuan untuk membangun infrastruktur atau membersihkan lingkungan sekitar. Kegiatan ini dilaksanakan secara gotong royong. Bapak-ibu, muda-mudi, anak-anak terlibat secara manunggal dalam kegiatan ini.

Orang Jawa, sering menyebut kerja bakti dengan “Gugur Gunung”. Memang sedikit aneh jika meninjau secara etimologi (bahasa), Gugur artinya Meninggal atau Mati atau Roboh, Sementara Gunung adalah bagian permukaan bumi yang menjulang ke atas dan lebih tinggi dari sekitarnya yang berukuran besar. Jadi gugur gunung bisa diartikan robohnya gunung.

Jika mendalaminya secara falsafah, gunung berukuran besar dan tinggi. Hal ini diartikan sebuah masalah yang harus dipecahkan bersama. Gugur di sini berarti merobohkan atau memecahkan. Jadi gugur gunung adalah ramai-ramai merobohkan gunung (memecahkan persoalan yang besar). Untuk dapat menyelesaikan persoalan yang besar ini lebih cepat diselesaikan secara bersama-sama atau jika dilaksanakan oleh banyak orang disebut dengan gotong royong.

Gugur gunung atau kerja bakti dapat mempererat kesetiakawanan sosial dalam sebuah kelompok masyarakat. Proses integrasi antara gotong royong dan sosial berimplikasi pada kualitas solidaritas ditengah majemuknya masyarakat. Saat ini, di area perkotaan hal ini sudah sangat jarang dilakukan. Tetapi di lingkungan sekitar desa, budaya gugur gunung atau kerja bakti masih terpelihara.

Kerja bakti rutin menjadi Program Kerja Karang Taruna “Taruna Mandiri”, Desa Carat, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo. Salah satu bidang dalam Karang Taruna adalah Bidang Sosial yang dikoordinatori oleh mas Fatchur. Koordinator bidang sosial merumuskan program kerja yang berorientasi pada pengabdian terhadap lingkungan, salah satunya adalah dengan cara kerja bakti. Dengan kerja bakti rutin diharapkan kebersihan lingkungan sekitar terjaga dan komunikasi sosial lebih terjalin dengan akrab.

suasana kekeluargaan di sela-sela kerja bakti 

foto by @wahyu adi

Kerja bakti ini melibatkan lingkungan Sekitar jalan tamanan, jalan sinduhadingrat, hingga jalan pertapan Desa Carat. Hampir semua warga dari berbagai kalangan usia turut berpartisipasi aktif dalam gugur gunung kali ini. Fokus dari kerja bakti ini adalah pembersihan saluran air agar irigasi lancar, dan air hujan atau air “kiriman” tidak terjebak dan meluap. Jika irigasi tidak lancar bisa berdampak banjir. Jika terjadi banjir dan ada air yang menggenang bisa timbul bintik nyamuk demam berdarah yang sangat berbahaya bagi lingkungan sekitar.

Diawali dari program kerja karang taruna, yang disetujui oleh perangkat desa, dan didukung oleh masyarakat sekitar, akhirnya kerja bakti ini dapat terlaksana dengan “regeng” dan “guyub rukun”. Kerja bakti ini dilaksanakan pada hari minggu, 12 Maret 2017 pukul 07.00 s/d 10.30 wib. Pukul 05.30 masyarakat sekitar sudah ada yang memulai membersihkan lingkungan sekitar rumah. Kemudian pukul 07.00 masyarakat dan pemuda sudah berkumpul untuk memulai kerja bakti. Ibu-ibu lingkungan menyediakan konsumsi berupa “wedhang”, rokok dan “jajanan” bagi bapak-bapak dan pemuda yang melaksanakan kerja bakti.

Ada pepatah mengatakan, “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Yang berarti menjaga pola hidup sehat dan bersih bisa mencegah tubuh terjangkit penyakit. Yang dilakukan oleh Karang Taruna “Taruna Mandiri” ini adalah salah satu dari bentuk usaha preventif untuk menanggulangi bencana dan wabah penyakit.

Demikian dulu ya, Pemuda.
Semoga artikel ini memberikan wawasan dan mengandung manfaat.
Salam Pemuda! Semangat Empat Lima!

Tweet